Normalkah Jika Mengalami Keputihan saat Hamil?

Normalkah Jika Mengalami Keputihan saat Hamil?
Credit: Freepik

Bagikan :


Keputihan adalah hal yang yang sering dialami banyak wanita. Bentuk cairan keputihan ini bermacam-macam dan bisa terjadi kapan saja. Keputihan juga dapat ditemukan selama kehamilan. Namun begitu, Anda perlu waspada karena tidak semua keputihan yang dialami adalah keputihan yang normal.

Bagaimanakah tampilan keputihan yang tidak normal? Simak artikel berikut ini!

 

Penyebab Keputihan saat Hamil 

Keputihan atau yang juga dikenal sebagai leukorea adalah keluarnya lendir atau cairan dari vagina. Cairan ini bisa berwarna putih, kekuningan, kehijauan sampai abu-abu, serta bisa disertai dengan bau yang beragam pula.

Normalnya, cairan keputihan berwarna putih atau bening, encer, tidak berbau dan tidak mengiritasi. Keputihan normal bisa tampak sedikit kuning ketika Anda melihatnya kering pada pakaian dalam.

Keputihan juga dapat dialami ibu hamil. Di awal kehamilan, beberapa wanita akan mengalami peningkatan volume lendir keputihan akibat lonjakan perubahan hormon. Keputihan ini membantu mencegah terjadinya infeksi dan mencegah penjalaran infeksi dari vagina ke rahim. Duh kelamin dianggap normal bila memiliki ciri seperti di atas dan tidak disertai dengan gatal, iritasi atau nyeri. Anda baru harus mulai waspada bila keputihan yang Anda alami memiliki warna dan bau yang aneh, serta disertai dengan keluhan-keluhan lain.

Bagi Anda yang sedang hamil, berikut ini adalah contoh tampilan keputihan yang perlu diwaspadai:

Infeksi jamur

Saat hamil, wanita akan mengalami peningkatan hormon estrogen. Kenaikan kadar hormon estrogen dapat membuat jamur normal Candida albicans yang berada di vagina untuk tumbuh secara berlebihan. Wanita hamil memiliki peningkatan risiko mengalami infeksi jamu kandidiasis.

Tanda keputihan akibat candidiasis antara lain:

  • Lendir keputihan menggumpal seperti keju dan umumnya tidak berbau.
  • Terasa perih atau sensasi terbakar dan kemerahan di vagina.
  • Nyeri saat berhubungan intim.

Baca Juga: Rasa Gatal pada Vagina tapi tidak Keputihan, Mungkin ini Penyebabnya

Infeksi bakteri

Vaginosis bakterialis adalah salah satu penyebab keputihan pada ibu hamil. Penyakit ini disebabkan oleh ketidakseimbangan jumlah bakteri pada vagina. Vaginosis bakterialis ditandai dengan gejala berikut:

  • Keputihan berwarna kelabu atau putih.
  • Keputuhan berbau amis seperti ikan.
  • Kelamin terasa gatal atau nyeri.
  • Nyeri saat atau setelah berhubungan intim.

Infeksi menular seksual

Ibu hamil perlu waspada pada keputihan yang disebabkan oleh penyakit menular seksual, salah satunya trikomoniasis. Infeksi ini disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis yang menular melalui kontak seksual.

Gejala trikomoniasis di antaranya:

  • Keputihan berbau, berjumlah banyak, dan bisa berwarna putih, keabuan, kuning atau kehijauan.
  • Gatal dan kemerahan pada area kemaluan.
  • Nyeri saat berhubungan intim atau buang air kecil.

Trikomoniasis dapat meningkatkan risiko terjadinya kelahiran prematur, bayi memiliki berat badan lahir yang rendah (BBLR), dan bayi dapat tertular parasit tersebut ketika lahir. Apabila ibu hamil mengalami gejala trikomoniasis maka sebaiknya periksakan ke dokter untuk segera mendapat pengobatan.

Baca Juga: Vagina Gatal setelah Menstruasi, Apa Penyebabnya?

 

Penanganan Keputihan saat Hamil

Keputihan yang normal berwarna bening atau putih dan tidak berbau busuk. Anda dapat mengatasi keputihan saat hamil dengan menjaga kebersihan area vagina. Apabila keputihan menunjukkan tanda-tanda tidak normal seperti berwarna kuning, hijau, abu-abu dan merah terang maka sebaiknya segera periksakan ke dokter.

Apabila keputihan saat hamil disebabkan oleh infeksi, dokter dapat meresepkan obat seperti antibiotik atau antijamur sesuai dengan mikroba penyebab penyakit.

Keputihan saat hamil tidak selalu menunjukkan tanda berbahaya. Namun sebaiknya ibu hamil tetap waspada akan keputuhan atau keluarnya lendir dari vagina selama kehamilan. Apabila menunjukkan tanda abnormal dan diikuti gejala lainnya maka segera konsultasikan ke dokter untuk mendapat penanganan.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : Ratih AI Care
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 08:50